Minggu, 11 November 2018

Contoh Feature


Keterbelakangan Ridwan Bukan Alasan
 “Allah tak pernah menciptakan produk gagal, dan keterbelakangan mental bukan satu alasan untuk tidak beribadah kepada Allah” Kalimat itu diucapkan Ibu Obay dengan menahan bendungan air mata yang tak kuasa ia tahan, ketika membicarakan anaknya.
Senja mulai menyapa, langit menguning selaras dengan baju kokonya yang biasa dikenakan untuk pergi Shalat berjamaah ke Masjid. Namanya Ridwan sama seperti nama malaikat penjaga pintu Syurga, malaikat yang selalu patuh dan setia kepada Allah, begitupun dengan Ridwan yang selalu taat dalam mengerjakan sholat 5 waktu di Masjid. Ridwan adalah anak bungsu dari Ibu Obay dan Bapak Endid, sekarang ia berusia 18 tahun, teman sebayanya sekarang sudah duduk di bangku kuliah, bahkan ada yang sudah menghasilkan uang dengan kata lain bekerja. Kalau saja Ridwan sehat pasti sekarang ia sudah bekerja dan membantu menghidupi keluarganya, sayang ia memiliki keterbelakangan mental yang disebabkan oleh kejang yang dikarenakan demam tinggi dan tidak langsung mendapatkan perawatan yang semestinya.
Keterbelakangan mental bukan alasan ia untuk diam dan mengharapkan belas kasihan dari orang lain, jika ada tetangganya yang mengadakan pesta pernikahan ia dengan sigap menjadi “tukang parkir” dengan kemampuan seadanya, dan orang-orang sudah mengira bahwa anak tersebut memiliki keterbelakangan mental, sehingga mereka merasa iba dengan memberinya imbalan.
Ridwan termasuk anak yang giat, seperti sosok Ridwan Kamil, walikota Bandung yang selalu giat dalam menata kota kalau bertanya nama kepanjangan Ridwan pasti ia akan menjawab “Ieu mah Ridwan Kamil” (Ini Ridwan Kamil) dengan nada lantang ia menjawab dan dengan sedikit tersenyum sehingga gigi putih dan rapih nampak  terlihat.  Subuh  hari sebelum adzan ia selalu menyempatkan untuk membersihkan pekarangan Masjid, menyapu dan mengepel masjid, merapihkan dan meluruskan sajadah yang ada dimasjid dan dilanjutkan bersholawat di masjid dengan suara yang merdu melantunkan ayat ayat Allah dan bersholawat kepada Nabi, mampu menenangkan dan mengobati hati pendengarnya. Biasanya kegiatan itu dilakukan dengan Kakeknya, tapi sebulan yang lalu kakeknya telah pergi menghadap sang Illahi, dan tinggallah Ridwan seorang diri yang meneruskan kebiasaan Kakeknya. Ia tidak pernah tertinggal untuk sholat berjamaah di Masjid meskipun keadaannya sedang sakit sekalipun, bahkan ketika kakinya pecah-pecah dan berdarah ia tak pernah mengeluh untuk pergi ke Masjid. Selain taat beribadah, ia juga memiliki kecintaan terhadap hewan, yaitu kucing ia selalu memberi makan kucing liar bagaimanapun keadaan kucing tersebut. Ridwan memiliki rasa sosial yang tinggi ketika ada warga yang meninggal, ia segera pergi untuk menengoknya. Satu hal yang dikhawatirkan ibunya, apabila Ibu sudah tidak ada, siapa yang akan mengurus dia, sedangkan dia sekarang sudah beranjak dewasa. Ridwan tidak pernah mengeluh dengan keadaanya yang sangat sederhana, makan dengan lauk seadanya, ia selalu menebarkan senyuman ceria disetiap harinya dan Masjid adalah tempat ternyaman baginya,  sungguh  mulia sekali hatinya, bersih bak kertas putih yang tidak ternodai, menjadi renungan untuk kita yang masih mengeluh dengan keadaan dan tidak bisa menerima takdir hidup.
Sungguh senyum simpul yang tersirat diwajahnya tidak menggambarkan perbedaan dan kekurangan yang ada pada dirinya, Ridwan sosok yang selalu mendoakan sesamanya dengan ucapan yang tulus “ Sing sehat jeung agung milik nya” (Semoga sehat selalu dan banyak rezeki ya) sungguh doa yang tulus dan insya allah tercatat di Lauh Mahfuz. Sudahkah kita bersyukur? dan mendoakan karena tulus bukan karena modus semata.

@nengtintinkaa